WELCOME !!!!!

Selamat datang di dunia De Says....

Minggu, 15 Mei 2011

NIFAS NORMAL


BAB I
PENDAHULUAN


Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu ( Sarwono, 2008 ). Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan ko,plikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional, dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian umum bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.



BAB II
KONSEP DASAR

A.    Definisi
Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous artinya melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi ( Bahiyatun, 2009 Hal..??).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu ( Sarwono, 2008 hal…?? ).

B.     Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 periode atau tahapan :
1.      Puerperium dini   
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2.      Puerperium intermedial   
Suatu masa dimana kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia.
3.      Remote puerperium         
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna, terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
( Bahiyatun, 2009 :2 )
C.     Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
  1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
  2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
  3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
  4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.


Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan
Waktu
Asuhan
I
6-8 jam post partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III
2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV
6 minggu post partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
( Bahiyatun, 2009 : 3-6 )
D.    Perubahan Pada Masa Nifas
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1.      Perubahan Fisik
a.       Perubahan Sistem Reproduksi
1)        Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a)      Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi
b)      Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
c)      Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
2)        Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

3)        Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
4)        Perubahan pada Serviks
Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikallis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karena hyper palpasi ini dan karena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks.
5)        Lochia
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik Lochia terdiri dari eritrosit, peluruhan deciduas, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya :
a)      Lochia Rubra/ merah (kruenta)
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dans erabut dari deciduas dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
b)      Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
c)      Lochia Alba
Lochia ini muncul lebih dari hari kesepuluh postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.
Total jumlah rata-rata pembuangan Lochia kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml.

6)        Perubahan pada Vulva, Vagina dan  Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

b.      Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi progesterone, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflex hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akbat luka epsiotomi (Bahiyatun, 2009 : 61 ).

c.       Perubahan Sistem Perkemihan
Dieresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overditensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum ( Bahiyatun, 2009: 61)

d.      Perubahan Sistem Endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasma (Bahiyatun, 2009 : 61 )

e.       Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun, 2009 : 62 ).

f.       Perubahan Sistem Hematologi
Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000-30.000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari postpartum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml ( 200-500 ml hilang pada saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama postpartum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas ) ( Bahiyatun, 2009 : 62 ).

g.      Perubahan Tanda Vital
1)   Suhu
Peningkatan suhu tubuh masa nifas pada umunya disebabkan oleh dehidrasi akibat keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Selain itu, disebabkan oleh istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Pada umunya, suhu tubuh kembali normal setelah 12 jam postpartum. Peningkatan suhu mencapai >380C mencegah ke tanda infeksi.
2)   Denyut nadi dan pernapasan
Nadi antara 60-80 kali/menit. Denyut nadi di atas 100 kali/menit pada masa nifas mengindikasikan adanya infeksi. Salah satu akibatnya adalah proses persalinan sulit atau kehilangan darah yang berlebihan. Jika takikardia tidak disertai panas, kemungkinan disebabkan oleh adanya vitium kordis. Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami bradikardia puerperal, yang denyut nadinya mencapai 40 sampai 50 kali/menit. Beberapa penyebab yang mungkin telah diketahui, namun belum ada penelitian yang membuktikannya sebagai kelainan. Pernapasan harus berada dalam rentang yang normal 20-30 kali/menit.
3)   Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
( Bahiyatun, 2009 : 103 ).




2.      Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a.       Taking in
1)   Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
2)   Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
3)   Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
4)   Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
b.      Taking bold
1)   Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap janin.
2)   Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh ( misal eliminasi )
3)   Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga cenderung menerima nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
c.       Letting go
1)   Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
2)   Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial.
3)   Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum.
( Bahiyatun, 2009 : 64-65 )

E.     Seksualitas Masa Nifas
Hal-hal yang mempengaruhi seksual pada masa nifas, yaitu :
1.         Intensitas respons seksual berkurang karena perubahan faal tubuh. Tubuh menjadi tidak atau belum sensitif seperti semula.
2.         Rasa lelah akibat mengurus bayi mengalahkan minat untuk bermesraan.
3.         Bounding dengan bayi menguras semua cinta kasih, sehingga waktu tidak tersisa untuk pasangan.
4.         Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara psikologis tidak nyaman berhubungan intim.
5.         Pada minggu pertama setelah persalinan, hormon estrogen menurun yang mempengaruhi sel-sel pensekresi cairan pelumas vagina alamiah yang berkurang. Hal ini menimbulkan rasa sakit bila berhubungan seksual. Untuk itu, diperlukan pelumas atau rubrikan.
6.         Ibu mengalami let down ASI, sehingga respons terhadap orgasme yang dirasakan sebagai rasangan pada saat menyusui. Respons fisiologis ini dapat menekan ibu, kecuali mereka memahami bahwa hal tersebut adalah normal.

F.      Kebutuhan Dasar Nifas
1.         Higiene
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman.
a.       Ibu
Perawatan perineum :
1)   Ganti pembalut  wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik sehingga tidak bergeser.
2)   Lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari penyebaran bakteri dari anus ke vagina.
3)   Alirkan atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area perineum setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan kebelakang.
4)   Jangan dipegang sampai area tersebut pulih.
5)   Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut yang telah didinginkan.
6)   Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut.
7)   Lakukan latihan Kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah disekitar perineum.
b.      Bayi
Memandikan bayi adalah membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh bayi. Tujuan memandikan bayi :
1)   Memberikan rasa nyaman
2)   Memperlancar sirkulasi darah
3)   Mencegah infeksi
4)   Meningkatkan daya tahan tubuh
5)   Menjaga dan merawat intergritas kulit

Hal yang harus diperhatikan ketika memandikan bayi :
1)   Jaga bayi agar tidak kedinginan
2)   Bila mata bayi terasa lengket, bersihkan dulu dengan kapas yang dibasahi aquabidest. Satu kali ussapan dari arah hidung keluar lalu kapas dibuang.
3)   Saat membersihkan tali pusat, perhatikan kemungkinan adanya perdarahan, kemerahan, atau kelainan lain.
4)   Memandikan dilakukan sebelum makan atau minum dan bukan segera setelah makan karena lambung yang penuh dapat terganggu oleh gerakan pelaksanaan memandikan.
2.         Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain:
a.       Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
b.      Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
c.       Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
Kurang istirahat dapat menyebabkan:
a.       Jumlah ASI berkurang
b.      Memperlambat proses involusio uteri
c.       Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi sendiri


3.         Eliminasi
a.    Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
b.    Defekasi  
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olahraga; berikan obat rangsangan per oral/per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.
4.         Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
1.      Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2.      Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik
3.      Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu
4.      Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai
5.      Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).


G.    Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan  perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1.         Mobilasi Dini
Mobilasi dini atau aktivitas segera. Dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu ( pada persalinan normal ). Mobilasi dini dapat mengurangi bendungan lokia dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin dalam ke keadaan semula.

2.      Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah  kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
3.      Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik                             : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri                :  tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.           
Payudara                     :  puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia               : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,  lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.
    
H.    Gizi Ibu Nifas
Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori per hari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan per hari ditingkatkan 3000 ml ( susu 1000 ml ). Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.
Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu. Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.         Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya.
2.         Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas
3.         Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan.
4.         Batasi makanan yang berbau keras.
5.         Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau.

I.       Senam Nifas
Senam nifas berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot, terutma otot-otot perut yang menjadi longgar setelah kehamilan. Tujuan senam masa nifas antara lain :
1.         Mengurangi rasa sakit pada otot
2.         Memperbaiki peredaran darah
3.         Mengencangkan otot-otot perut dan perineum
4.         Melancarkan pengeluaran lokia
5.         Mempercepat involusi
6.         Menghindarkan kelainan ( mis; emboli, trombosis, dan lain-lain )
7.         Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan otot-otot punggung, pelvis, dan abdomen
( Bahiyatun, 2009 : 93 )
Latihan senam pascapersalinan :
1.         Latihan mengecilkan dan mengencangkan dinding perut
Tujuannya untuk mengembalikan kekencangan otot dinding perut dan mengembalikan kekencangan otot dasar panggul dan otot liang senggama. Latihan ini dapat dilakukan dengan dua cara :
a.       Mengencangkan otot dinding perut dengan posisi tidur
Kaki kanan dan kiri dapat diangkat silih berganti secara lurus dan setinggi mungkin. Kaki dapat diputar seperti naik sepeda. Satu kaki lurus keatas sedangkan kaki lain tumitnya dipegang. Kaki lurus dapat diletakan pada tempat yang lebih tinggi, sedangkan badan diangkat seluruhnya dengan disangga bahu dan kaki/tumitnya.
b.      Mengencangkan otot dinding perut dalam posisi merangkak
Latihan dalam posisi merangkak, dilakukan dengan mengencangkan dan mengempeskan otot dinding perut. Dengan posisi ini pula dilakukan latihan untuk mengembalikan kesegaran tulang belakang dengan ototnya.
2.         Latihan untuk mengembalikan ukuran liang senggama
a.       Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan diatas perut dibawah are iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru.
b.      Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka ke atas. Kendurkan lengan kiri sedikit renggangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Ulangi pada sisi yang lain.
c.       Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks. Lanjutkan
d.      Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks.
e.       Setelah hari ketiga. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan perlahan.
f.       Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar lutut kiri. Ulangi pada lutut kanan.
( Manuaba, 1999 : 155-156 )
J.       Management Laktasi
Faktor pendukung yang menyebabkan produksi ASI berkurang atau ASI tidak keluar saat ibu menyusui :
1.      Perasaan / emosi (psikologis ibu)
Perasaan ibu dapat menghambat dan meningkatkan pengeluaran oksitoksin. Seperti perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitoksin yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya perasaan ibu yang bahagia, senang, bangga, memeluk dan mencium bayinya dapat meningkatkan pengeluaran ASI.
2.      Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.
3.      Sapaan bayi yang tidak sempurna atau puting susu yang sangat kecil. Hal ini membuat produksi hormon prolaktin dan hormon oksitoksin akan terus menurun dan produksi ASI akan terhenti.
4.      Cara menyusu yang tidak tepat, tidak dapat mengosongkan payudara dengan benar yang akan menurunkan produksi ASI.
5.      Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi akan menyebabkan daya isap berkurang, karena bayi mudah merasa kenyang bayai akan malas menghisap puting susu.
6.      Penggunaan dot dan empongan dapat mengurangi daya isap bayi.
7.      Ibu perokok berat produksi ASI-nya akan berkurang demikian pula dengan pil KB yang mengandung estrogen tinggi akan menurunkan produksi ASI.
8.      Ibu yang asupan nutrisinya kurang dan sedikit minum.

K.    Perawatan Payudara
1.    Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2.    Menggunakan bra/BH yang menyokong payudara.
3.    Bila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Kegiatan menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet.
4.    Bila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5.    Untuk menghilangkan nyeri, dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6.    Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
a.       Pengompresan payudara menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
b.      Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.
c.       Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara, sehingga puting susu menjadi lunak.
d.      Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisp, seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan.
e.       Payudara dikeringkan.















BAB III
ASKEP KASUS

Ny. Palupi PI A0 postpartum hari pertama. Ny. Palupi masih merasakan nyeri pada perutnya. Pengeluaran pervaginam berwarna merah. ASI belum keluar. Ny. Palupi masih enggan untuk mengurusi bayinya. Hasil pemeriksaan vital sign dalam batas normal, homan sign negative, diastasis rektus abdominis lebar satu jari dan panjang tiga jari. Ny. Palupi dan suami menyatakan keinginannya untuk segera pulang ke rumah. Perawat kemudian membuat discharge planning untuk Ny. Palupi.

A.    Terminologi
1.      Post partum               : Setelah melahirkan
2.      PI A0                                    : Anak pertama belum abortus.
3.      Nyeri Perut               : Nyeri disebabkan karena adanya kontraksi uterus.
4.      Homan sign negative : tidak adanya nyeri tekan pada betis sewaktu dorso fleksi kaki karena adanya trombo phlebitis.
5.      PEMERIKSAAN…?? KAITAN DENGAN TROMBO PLEBITIS..??
6.      Pervaginam berwarna merah : Keluarnya cairan warna merah ( cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dari vagina dalam masa nifas) keluar melalui vagina.
7.      Diastasis rektus abdominis: pelebaran dari otot rektus abdominis. Hal ini terjadi akibat perubahan hormone pada linea alba disertai oleh peningkatan masa uterus
8.      discharge planning: perencanaan pulang yang merupakan komponen system perawatan yang berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien yang secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatann berlanjut pada klien dan keluarga untuk menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik dengan sumber tepat dan dengan harga yang terjangkau.
PLANNINGNYA SEPERTI AAPA..??







Pengelompokan data
DS:
Klien merasakan nyeri pada perut
ASI belum keluar
Pengeluaran pervaginam berwarna merah
Ny. Palupi masih enggan untuk mengurusi bayinya
ASI belum keluar
Ny. Palupi dan suami menyatakan keinginannya untuk segera pulang ke rumah
Ny. Palupi PI A0 postpartum hari pertama.
DO:
Pengeluaran pervaginam berwarna merah
Diastasis rektus abdominis lebar satu jari dan panjang tiga jari
ASI belum keluar
Ny. Palupi PI A0 postpartum hari pertama.

Masalah keperawatan
1.      nyeri b.d
Klien merasakan nyeri pada perut
Ny. Palupi PI A0 postpartum hari pertama.

2.      kurang pengetahuan

3.      resti infeksi b.d trauma jaringan setelah melahirkan

4.      resiko kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervagina

5.      ansietas b.d

6.      Perubahan proses keluarga b.d perubahan status keluarga
Ny. Palupi masih enggan untuk mengurusi bayinya
Ny. Palupi dan suami menyatakan keinginannya untuk segera pulang ke rumah
6.      Ketidakefektifan Proses menyusui
ASI belum keluar
BAB IV
PEMBAHASAN
1.      Pengkajian=pengkajian yang harus ditambahkan
2.      Membahas DS dan DO, ex: adanya nyeri perut=disebabkan..??
3.      Perbedaan dalam diagnose kasus dan teori dan berikan alas an

B.     Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b.      Keluhan utama : hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
c.       Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
d.      Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
e.       Riwayat obstetri
1)        Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
2)        Riwayat persalinan
a)      Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini
b)      Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
c)      Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta, jumlah perdarahan.
d)     Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu formula.
f.       Riwayat kb & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
g.      Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?

h.      Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia, kehilangan kontrol, perasaan bersalah, merenungkan tentang kematian, kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, insomnia, sulit berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
i.        Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
j.        Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
k.      Kebiasaan sehari-hari
1)        Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.
2)        Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
3)        Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4)        Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah.
5)        Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
6)        Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
l.        Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
m.    Konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi sc karena cpd atau karena bentuk tubuh yang pendek.
n.      Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit. Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b.      BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c.        Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher.
d.      Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e.       Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f.        Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g.      Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.


3.      Pengelompokan Data :
DO :
·         Pengeluaran pervaginam berwarna merah
·         Asi belum keluar
·         Hormone sign negative
·         Diastasis rektus abdominalis lebar satu jari dan panjang 3 jari
DS :   Merasakan nyeri pada perutnya
4.      Diagnose keperawatan
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  perdarahan pervaginam
b.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan  perdarahan pervaginam
c.       Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
d.      Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan
e.       Resiko shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
f.       Proses menyusui

5.      Intervensi Keperawatan
a.    Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
Intervensi Keperawatan :
1)        Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang
R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2)        Monitor tanda vital setiap 15 menit sekali
R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
3)        Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
4)        Evaluasi kandung kencing
R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
5)        Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.
R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
6)         Batasi pemeriksaan vagina dan rektum
R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
7)        Berikan infus atau cairan intravena
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular
8)        Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
9)        Berikan antibiotik
R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan
10)    Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
b.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
intervensi keperawatan :
1)        Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
2)        Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
3)        Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI

4)        Tindakan kolaborasi :
·         Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
·         Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).

c.       Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi Keperawatan :
1)        Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2)        Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3)        Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
4)        Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
5)        Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
6)        Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
d.   Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
Intervensi Keperawatan :
1)      Catat perubahan tanda vital
R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
2)      Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul
R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
3)      Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
4)      Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan